Antara Khurosan, Baghdad dan Ain Jalut
Gempuran Tatar ke Negara- Negara Islam (617 H dan 628 H)
Peristiwa- peristiwa serial penyerbuan tentara Tartar Mongol meninggalkan kepedihan mendalam bagi ummat Islam, dimana lebih satu jiwa kaum muslimin dibantai dengan amat kejam oleh tentara Tartar dan sekutunya.
Serangan Tatar ke atas umat Islam yang
kala itu di bawah pimpinan kerajaan Abbasiah sebenarnya tidak terjadi
hanya pada tahun 656 H di dalam peristiwa kejatuhan Baghdad. Sebaliknya
sebelum itu sudah ada dua serial serangan pendahuluan Tatar yaitu pada
tahun 617 H dan 628 H, ke negeri- negeri penyangga Baghdad.
Serangan pertama Tatar ke atas umat Islam terjadi pada tahun 617 H – 620 H di bawah pimpinan Genghis Khan. Serangan kali pertama ini sebab – musababnya yang diperselisihkan oleh ahli sejarah Islam.
Menurut Dr. Raghib as-Sarjani lebih cenderung untuk mengatakan bahwa
niat untuk menjatuhkan kerajaan Abbasiah memang telah wujud di dalam hati Genghis Khan sejak sekian lama.
Oleh karena jarak yang jauh dari bumi
China ke bumi Iraq (lebih dari 7000 km), Genghis Khan menumpukan
serangan pertamanya pada kali ini ke atas bumi Afghanistan dan
Uzbekistan, yang dipilih karena ia mempunyai sumber alam bahan
logistik yang banyak dan amat sesuai untuk dijadikan pengkalan tentara
Tatar untuk melakukan serangan gelombang demi gelombang.
Serangan pertama ini sukses. Tatar
berhasil menapakkan kakinya di bumi tersebut dan bumi sekitarnya
(Turkimenistan, Kazakhastan, Tajikistan, Pakistan dan sebahagian dari
Iran). Kesemua negara-negara ini dahulunya dikenali sebagai Daulah Khawarizmiah atau daerah Khurosan Kubro.
Hasil dari keberhasilan ini, pemerintahan Tatar mulai kokoh di kawasan
tersebut. Mereka mempunyai pangkalan dan pusat komando mereka di
tengah-tengah kerajaan Islam.
Serangan kedua Tatar
atas umat Islam pula terjadi pada tahun 628 H. Pada tahun 624 H, pada
saat Genghis Khan telah digantikan oleh seorang lagi raja Tatar yang
tidak kurang bengisnya yaitu Okitai. Kerajaan
Tatar di Mongolia dan China pada masa itu berada dalam keadaan stabil
dan kuat. Keadaan ini memberikan banyak kelebihan kepada Okitai.
Lalu dimulailah serangan kedua Tatar ke
atas umat Islam sebagai menyambung serangan yang pertama di zaman
Genghis Khan. Serangan pada kali ini diutamakan di sekitar tanah Rusia
dan Eropa. Okitai melantik panglima perangnya, Syurmajan untuk mengepalai serangan pada kali ini.
Keadaan Kaum Muslimin Saat Itu: Cinta Dunia dan Takut Mati
Suasana bertambah buruk pada serangan kedua ini karena pimpinan Islam pada masa itu berada dalam keadaan berpecah belah.
Saat itu sebahagian umat pula telah mulai menunjukkan sikap pengecutnya
dan tidak berani untuk melancarkan jihad sebagaimana keadaannya di
prediksi oleh Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadistnya:
Rasulullah bersabda, “Nyaris
orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya
orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata,
“Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan
kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air.
Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta
menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya,
“Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)
Ibnu al-Athir di dalam kitabnya al-Kamil
meriwayatkan beberapa cerita yang didengarnya daripada sebahagian umat
Islam yang berhasil lolos dari pembantaian pada serangan kedua ini.
Di antaranya:
a. Ada seorang tentara Tatar masuk ke
dalam sebuah perkampungan seorang diri. Kemudian dia membunuh penduduk
kampung tersebut seorang demi seorang tanpa mendapat tentangan dari
siapa pun.
b. Seorang tentera Tatar menangkap
seorang muslim. Oleh kerana tentera Tatar tersebut tidak bersenjata, dia
telah memerintahkan pemuda muslim tadi agar menelungkupkan mukanya ke
tanah dan tidak bergerak, untuk menunggu tentera Tatar tersebut pulang
mengambil senjata dan kemudian datang kembali lalu membunuh pemuda
tersebut.
c. Tentera Tatar memasuki kota Badlis
(sekarang berada di selatan Turki). Jalan lewat ke kota tersebut adalah
lembah di celah-celah bukit yang sungguh sempit. Yernyata tidak ada
seorang pun tentera Islam yang berhasil melepaskan diri dari serangan
Tatar di kota tersebut. Penduduk kota tersebut pun melarikan diri ke
atas bukit dan membiarkan Tatar membakar keseluruhan kota tersebut.
Padahal, jika tentara muslimin tidak ciut nyalinya, amat mudah
menghacurkan tentara Tartar dilembah yang sempit itu.
Serangan Ketiga (656 H) dan Kejatuhan Baghdad
Kerajaan Tatar pada masa itu dibagi
menjadi tiga wilayah utama. Sebahagian ahli sejarah menamakannya
‘segitiga emas’. Raja Tatar pada masa ini adalah Manku Khan, seorang lagi Raja Tatar yang berjiwa keras dan mempunyai semangat yang kuat. Beliau memerintah ibu negara kerajaan Tatar, Qaraquram dengan dibantu oleh adiknya Ariq Bufa. Seorang lagi adiknya yaitu Qubilai
mememerintah jajahan Tatar di sebelah Timur (meliputi China, Korea dan
bumi sekitarnya). Sedangkan jajahan Tatar di sebelah Iran dan bumi
sekitarnya diserahkan kepada adiknya Hulagu, nama yang tidak asing bagi umat Islam.
Manku Khan ingin meneruskan misi Tatar yang sebelumnya yaitu menjatuhkan kota Baghdad dan menyerang bumi Syam (Palestina,
Syria, Jordan dan Lebanon) dan juga Mesir. Tugas ini telah disandarkan
kepada Hulagu, pahlawan Tatar yang mabuk darah manusia dan dianggap
sebagai jelmaan Genghis Khan. Dr. Raghib Sarjani menganggapnya sebagai
manusia paling ganas sepanjang sejarah dunia. Kejahatannya itu makin
bertambah setelah beliau kawin dengan Taqazkhatun, permaisuri Mongolia beragama Kristian yang amat membenci umat Islam.
Oleh karena Baghdad adalah ibu negara
kerajaan Islam Abbasiah, persiapan yang dilakukan oleh Hulagu dalam
serangan ini agak teliti dan hati- hati. Tentera Tatar telah dipecahkan
kepada tiga kelompok dan nanti akan datang menyerang dari tiga arah yang
berlainan.
a. Pasukan pertama
dipimpin oleh Hulagu sendiri. Ia dibantu oleh tentera elit Tatar dibawah
pimpinan Bato. Misi pasukan pertama ini adalah mengepung bahagian timur
kota Baghdad.
b. Pasukan kedua dipimpin oleh Katabgha (Nestorian Christian Naiman Turk Kitbuqa Noyan.),
pahlawan Hulagu yang terbaik keturunan Turki dan beragama Kristen.
Tugas pasukan ini adalah mengepung bahagian tenggara kota Baghdad.
Katabgha jugalah yang memimpin tentera Tatar melawan Saefuddin Qutuz di dalam peperangan Ain Jalut yang terkenal itu.
c. Pasukan ketiga pula
dipimpin oleh Bigo. Pasukan ketiga ini adalah tentera yang menjaga
sempadan Anadol/ Anatolia (sekarang di Turki). Tugas pasukan ini adalah
untuk mendatangi Baghdad dari arah utara dan seterusnya mengepung
bahagian barat kota Baghdad.
Pasukan gabungan dibawah Hulagu ini juga
diperkuat oleh beberapa pasukan Kristen, yang telah berhasil dirayu
oleh Hulagu untuk bersama- sama mengalahkan Baghdad, termasuk pasukan
dibawah pimpinan langsung Raja Armenia, kontingen Frank dari Kerajaan
Antiokhia, [19] dan kekuatan Georgia yang merasa dendam atas beberapa
kekalahan yang mereka derita dari dynasty Abbasiyah sebelumnya. Serta
diperkuat oleh 1000 orang ahli- ahli artillery dari China. Seluruh
pasukan koalisi ini berkisar 120.000 ~ 140.000 pasukan melawan 50.000
pasukan Abbasiyah yang mempertahankan kota Baghdad.
(Lihat The Fall Of Baghdad. Wikipedia)
Ketelitian perancangan Hulagu bisa dilihat dari beberapa sudut:
a. Pasukan pertama dan
kedua yang datang dari jarak 45o kilometer sebelum kota Baghdad dengan
cara kamuflase, sehingga Hulagu berjaya mengaburi mata kerajaan Abbasiah
sehingga tentera kerajaan Abbasiah hanya dapat mengetahui kedatangan
tentera itu ketika mereka tinggal beberapa kilometer dari kota Baghdad
(atau karena Baghdad sudah terlalu makmur sehingga meninggalkan
kewaspadaan terhadap serangan musuh?)
b. Pasukan ketiga
datang dari jarak 1,000 kilometer sebelum kota Baghdad. Tetapi pasukan
ini berhasil sampai tepat pada masa yang ditentukan untuk bergabung
dengan kedua-dua pasukan yang lain.
c. Pasukan ketiga
terpaksa melewati 1,000 km perjalanan di bumi Turki dan Iraq
(kedua-duanya adalah bumi Islam). Perjalanan ini akan melewati
perkampungan Islam dan kemungkinan terpaksa berhadapan dengan
pertempuran awal. Amat menakjubkan apabila mereka berhasil berjalan
tanpa disadari oleh orang Islam dan tanpa gangguan kecuali setelah
mereka berada pada jarak 50 km dari kota Baghdad di sebelah Barat Daya.
Keberhasilan ini setelah mereka sukses menyogok Gubernur Anadol, yakni Qalaj Arsalan dan Gubernur Mosul, Badruddin Lu’lu’ sehingga kedua-duanya tercatat telah bertindak mengkhianati umat Islam.
Maka terjadilah peperangan. Jatuhlah kota Baghdad dengan segala cerita duka di dalamnya. Menurut Abul Hasan Ali an-Nadwi, umat Islam yang terbunuh di dalam peristiwa kejatuhan Baghdad tersebut adalah 1,800,000
orang. Satu angka yang cukup menakutkan siapapun yang mencoba
membayangkannya. Darah mengalir di jalanan. Buku-buku dicampakkan ke
dalam sungai Dajlah dan semua itu diperkirakan
berjumlah sebanyak dua juta naskhah buku. Ahli sejarah menganggap itu
sebagai awal kemunduran umat Islam sesudah itu. Semua itu berlaku dalam
masa 40 hari yang penuh kengerian dan bersimbah darah.
Kejatuhan Syam
Kejatuhan Baghdad bukan akhir bagi
penderitaan umat pada ketika itu. Sebaliknya umat semakin menderita
dengan sikap sebahagian raja dan ulama’ Islam pada masa itu yang sanggup
menggadaikan agama semata-mata untuk mendapat jaminan kehidupan dan
keamanan dari Tatar.
Siapakah yang tidak sedih bila melihat
sebahagian raja Islam menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulagu
sedangkan darah jutaan umat Islam masih lagi belum kering? Raja Mosul, Badruddin Lu’lu’ menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulagu. Begitu juga Kaikawis II dan Qalaj Arsalan, Raja Anadol. Raja Halab dan Damsyik, al-Nasir Yusuf
juga mengambil langkah sama. Raja-raja itu telah membuka Iraq Utara,
sebahagian Syam dan Turki kepada Tatar tanpa peperangan. Tidak cukup
hanya itu, tanggungan umat semakin berat apabila menyaksikan sebahagian
ulama’ pada masa itu mengeluarkan fatwa mengharuskan perjanjian damai tersebut dengan hujah-hujah dan dalil- dalil yang amat mereka selewengkan.
Hanya seorang Raja di daerah tersebut yang mengumumkan jihad. Raja tersebut adalah Al-Kamil Muhammad al-Ayubi, Raja Miyafarqin.
Miyafarqin adalah kota yang sekarang ini terletak di timur Turki menuju
ke sebelah barat Turki. Tentera Raja Al-Kamil Muhammad al-Ayubi
menguasai timur Turki, barat laut Iraq dan timur laut Syria.
Tetapi kegilaan Tatar mengatasi
segala-galanya. Bandar Miyafarqin dikepung dan akhirnya jatuh. Begitu
juga dengan bandar Halab. Bandar Damsyik juga jatuh. Puncaknya adalah
penjajahan Tatar ke atas bumi Palestina.
Mesir, Titik Balik Kemenangan Kaum Muslimin
Ketika Tatar sedang mempersiapkan
serangannya ke atas umat Islam, Mesir kala itu berada dalam krisis yang
amat runcing. Ia berada di bawah pemerintahan kerajaan Mamalik dan
melalui satu pergolakan politik yang amat dahsyat. Kerajaan Mamalik Bahriah
(salah satu periode dalam kerajaan Mamalik) memerintah Mesir selama 144
tahun. Dalam tempo tersebut Mesir diperintah oleh 29 orang sultan
(berarti tiap sultan memerintah kurang lebih 5 tahun). Satu jumlah yang
banyak untuk pemerintahan selama satu setengan abad. Dari 29 orang
sultan tersebut, 10 daripadanya mati dibunuh dan 12 daripadanya
digulingkan. Ini jelas menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan dan
kekerasan adalah asas perubahan di dalam kerajaan Mamalik.
Setelah fasa Mamalik Bahriah, menyusul pula fasa Mamalik Muizziah.
Pemerintah awal di periode ini adalah Raja Izzuddin Aibak. Beliau
berhasil mengembalikan kestabilan politik kepada Mesir. Tetapi
kestabilan itu hanya bertahan selama tujuh tahun. Keadaan kembali kucar
kacir selepas pembunuhan beliau dan seterusnya pembunuhan isterinya, Syajarah ad-Dur. Setelah bertukar ganti pemerintah, akhirnya Mesir diperintah oleh Sulthan Mudhoffar Saifuddin Qutuz
(ﺴﻴﻑ ﺍﻟﺩﻴﻥ ﻗﻄﺯ), Sang Penakluk Tartar.
Pembunuhan Raja Izzudin Aibak
dan isterinya telah membawa kepada perselisihan di antara Mamalik
Bahriah (penyokong kerajaan lama) dan Mamalik Muizziah (kerajaan baru
yang diperintah oleh Qutuz) dan permusuhan itu masih berterusan di zaman
Qutuz. Sebahagian penyokong Mamalik Bahriah mengambil sikap berpindah
mengungsi ke bumi Syam dan lain-lain tempat yang dipandang aman.
Manakala yang tinggal menetap di Mesir mengambil sikap mengasingkan
diri. Ini menjadikan Mesir lemah dari sudut pertahanan karena pasukan
tentera Mesir masih tetap loyal dan mendukung kepada Mamalik Bahriah
Di masa yang sama, serangan Tatar ke
atas bumi Syam telah memutuskan hubungan Mesir dan Syam. Mesir juga
tidak mendapat bantuan dari Sudan dan negara-negara di utara Afrika
Islam lainnya karena ngeri melihat pembalasan pasukan Mongol. Ini
menjadikan Mesir seolah-olah seorang diri di tengah-tengah krisis yang
berlaku di seluruh negara Islam.
Keadaan menjadi semakin buruk apabila
Mesir juga pada masa itu ditimpa krisis ekonomi. Berkali- kali perang
Salib yang berlaku sebelum itu telah melumpuhkan ekonomi Mesir. Memang
sebahagian dari lokasi perang salib adalah di bumi Mesir. Tentera Mesir
juga adalah tentera yang paling banyak terlibat di dalam perang salib
disbanding dari tempat lain. Ketika itu, Pahlawan Perang Salib yakni Solahudin Ayubi menjadikan Mesir sebagai salah satu benteng pertahanannya.
Disamping sebahagian tentera Salib yang
masih ada di bumi Islam, masalah ditambah lagi dengan kedatangan musuh
baru Islam yaitu Tatar.
Saefudin Qutuz, Sang Penyelamat Ummah
Quthbuddin Al Yunaini di dalam Al Bidayah Wan Nihayah(bab 658 H) mengatakan : ” Qutuz(sebelum
menjadi raja) pernah bermimpi, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
mengatakan kepadanya bahwa dia akan menguasai Mesir dan memenangkan
Perang melawan Tatar(Mongol)”
Qutuz menaiki tahta Mesir pada 24 Zulqaedah 657 H.
Sebelum beliau menaiki tahta Mesir,
Serangan pertama Tatar (617 H), dan serangan kedua Tatar (628 H) dan
disusul kejatuhan Baghdad (656 H) telah pun terjadi dan meninggalkan
kesan yang amat parah kepada umat Islam di luar Mesir. Selepas beliau
menaiki tahta Mesir pula, Halab jatuh ke tangan Tatar pada Safar 658 H
dan Damsyik jatuh pada Rabi’ul Awal 658 H menjadikan keadaan di luar
Mesir bertambah gawat. Kejatuhan Palestina secara keseluruhannya juga
berlaku pada masa yang hamper bersama-an. Perlu diketahui bahwa Mesir
berbatasan dengan Palestina di sebelah timur Mesir pada Kota Gaza.
Demikianlah kita melihat Qutuz terbebani
dengan satu masalah yang cukup berat. Sasaran Tatar seterusnya adalah
Mesir sedangkan Mesir sebenarnya tidak bersedia untuk menambah masalah
baru disamping masalah-masalah intern dalam negeri yang gawat.
Sikap yang ditunjukkan oleh Qutuz amat
membanggakan umat Islam pada ketika itu. Sikap itu terus menerus menjadi
puncak kepada kehebatannya pada pandangan mata umat sepanjang zaman.
Qutuz mengambil keputusan untuk menghadapi Tatar dan tidak akan lari
seperti mana yang dilakukan oleh sebahagian umat Islam. Dia juga
mengambil sikap tidak akan menghulurkan perdamaian kepada Tatar sebagai
mana yang menjadi pilihan sebahagian Raja-raja Islam ketika itu.
Tiga Langkah Awal
Qutuz mengambil tiga langkah awal
sebelum melancarkan peperangan melawan Tatar. Ketiga-tiga langkah ini
dilihat amat berkesan dan menjadi sumber kekuatan kepada tentera Islam
pada ketika itu.
Langkah pertama yang
diambil oleh Qutuz adalah mengembalikan kestabilan keadaan dalam negeri
Mesir. Beliau memanggil golongan istana, pembesar-pembesar,
menteri-menteri, ulama’-ulama’ dan golongan berpengaruh di dalam
masyarakat. Beliau berkata kepada mereka: “Apa yang aku inginkan
dari semua pejabat ini hanyalah agar kita bersatu untuk melawan Tatar.
Urusan itu tidak akan mampu diselesaikan tanpa Raja. Apabila kita
berhasil keluar dari masalah ini dan mengalahkan Tatar, urusan ini
terletak di tangan kamu semua. Pilihlah oleh kalian siapa yang kamu
kehendaki untuk menjadi pemerintah.”
Ucapan Qutuz tersebut telah meredakan
ketamakan sebahagian dari pembesar yang berniat untuk merampas tahta
Mesir dari tangan Qutuz.
Di masa yang sama beliau telah memecat Menteri, Ibnu binti al-A’az dan menggantikannya dengan Zainuddin Ya’kub bin Abd Rafi’. Ini karena beliau lebih meyakini kesetiaan Zainuddin Ya’kub daripada Ibnu binti al-A’az. Kemudian beliau mengekalkan Farisuddin Aqtai as-Soghir sebagai panglima tentera walau pun beliau adalah loyalis Mamalik Bahriah.
Langkah kedua yang
telah dilakukan oleh Qutuz adalah memberikan pengampunan kepada semua
penyokong Mamalik Bahriah. Perselisihan yang berlaku sebelum ini yang
berpuncak dari pembunuhan Raja Izzuddin Aibak ingin segera dihentikan oleh Qutuz dengan cara pemberian amnesty kepada mereka.
Mamalik Bahriah mempunyai pengalaman
yang luas di dalam medan peperangan. Di antara kehebatan yang pernah
mereka tunjukkan adalah kemenangan mereka di dalam Perang Mansurah
(salah satu siri perang Salib) pada tahun 648 H. Pengampunan itu telah
berhasil membujuk mereka yang telah keluar meninggalkan Mesir untuk
kembali ke Mesir. Rombongan penyokong Mamalik Bahriah kembali berduyun-
duyun ke Mesir dari bumi Syam, Karak (di Jordan sekarang) dan bumi
kerajaan Saljuk. Dengan itu Mesir sukses mendapatkan kembali kekuatan
tenteranya.
Langkah ketiga yang
diambil oleh Qutuz adalah mengusahakan penyatuan semula antara Mesir dan
Syam. Seperti yang diceritakan sebelum ini, Raja Damsyik dan Halab
(sebahagian dari bumi Syam) iaitu Raja Nasir al-Ayubi
telah melakukan perjanjian damai dengan Tatar. Perjanjian itu tidak
berhenti sekedar memohon perdamaian, bahkan Raja Nasir al-Ayubi pergi
lebih jauh dari itu dengan meminta bantuan Tatar untuk menjatuhkan
Mesir. (Hal seperti ini pula yang dilakukan para penguasa Spanyol Islam
yang saling menjatuhkan dengan meminta pertolongan pada Raja Kafir untuk
menjatuhkan rivalnya sehingga akhirnya Kerajaan Cordoba Islam pecah
berkeping- keeping dan musnah dari Spanyol).
Qutuz menulis surat kepada Raja Nasir
al-Ayubi memohon penyatuan Mesir dengan Syam. Bahkan beliau menyatakan
kesanggupannya untuk duduk di bawah Raja Nasir al-Ayubi. Malangnya surat tersebut tidak dilayani.
Tetapi apabila Damsyik dan Halab ditaklukkan oleh Tatar dan selepas Raja Nasir al-Ayubi lari menyelamatkan diri ke Karak,
tentera Syam yang tersisa telah bergerak menuju ke Mesir dan bergabung
dengan tentera Mamalik. Kesatuan ini menambahkan lagi kekuatan Mesir dan
memberikannya satu semangat yang cukup kuat untuk berhadapan dengan
Tatar.
Ketiga-tiga langkah ini telah memberikan
Mesir satu kekuatan baru pada awal tahun 658 H. Di sini terlihat
kepada kita kecerdikan dan kesungguhan Qutuz. Ketiga-tiga langkah awal
yang mungkin memerlukan masa yang panjang untuk dicapai, telah berhasil
diselesaikan oleh Qutuz dalam masa tidak sampai tiga bulan saja dari tarikh beliau menaiki tahta Mesir.
Disimpulkan bahwa keadaan dunia Islam pada awal tahun 658 H adalah:
a. Mesir berhasil mendapatkan kekuatannya kembali dibawah kepemimpina Qutuz
b. Baghdad, Halab dan Damsyik telah jatuh ke tangan Tatar disamping negara-negara lain yang telah jatuh sebelumya (Daulah al-Khowarizmiah, Daulah Arminiah, Daulah Karjiah)
c. Palestina secara keseluruhannya telah
jatuh ke tangan Tatar termasuk Gaza yang terletak hanya 35 kilometer
dari perbatasan Mesir
Surat Ancaman Hulagu
Ketika Mesir masih lagi di peringkat
awal untuk mempersiapkan dirinya, empat orang wakil Hulagu telah datang
memberikan surat perutusan dari beliau. Wakil tersebut datang beberapa
hari selepas kejatuhan Halab (Safar 658 H), yaitu hanya tiga bulan
selepas Qutuz menaiki tahta Mesir (Zulqaedah 657 H).
Surat tersebut telah melecehkan kekuatan tentera Islam dan memberikan dua kata pilihan kepada Qutuz; menyerah atau berperang.
Sebahagian dari pembesar pada masa itu mulai merasa takut dan ingin
menarik diri karena persiapan Mesir pada ketika masih lagi tidak
seberapa jika dibandingkan dengan Tatar yang menguasai satu kawasan
jajahan yang cukup luas (dari Korea ke Polandia hari ini).
Diantara bunyi surat dari Hulagu adalah sebagai berikut:
Dari Raja segala raja dari Timur dan
Barat, Khan Agung. Untuk Qutuz Mamluk, yang melarikan diri untuk
menghindari pedang kami. Anda harus berpikir tentang apa yang telah
terjadi pada negara-negara lain yang telah menyerah kepada kami. Anda
telah mendengar bagaimana kita telah menaklukkan sebuah kerajaan yang
luas dan telah memurnikan bumi dari gangguan yang (musuh- musuh kami)
yang tercemar itu. Kami telah menaklukkan daerah yang luas, membantai
semua orang. Anda tidak bisa lepas dari teror tentara kami. Di mana Anda
dapat melarikan diri? Apa jalan yang akan Anda gunakan untuk melarikan
diri kita? Kuda kami cepat, panah kami tajam, pedang kita seperti petir,
hati kita sekeras pegunungan, tentara kita banyak seperti pasir.
Benteng tidak akan dapat menahan kami, ataupun tentara dapat
menghentikan kita. Doa
Anda kepada Allah akan sia-sia melawan kita. Kami tidak tergerak oleh
air mata atau tersentuh oleh ratapan. Hanya mereka yang mohon
perlindungan kita akan aman. Percepat balasan Anda sebelum api
peperangan menyala. Jika anda melawan anda akan menderita bencana yang
paling mengerikan. Kami akan menghancurkan masjid dan mengungkapkan
kelemahan Allahmu dan kemudian akan membunuh anak-anakmu dan orang tua
Anda bersama-sama. Saat ini Anda adalah satu-satunya musuh terhadap
siapa kita harus berbaris. [· · ^ Tschanz, David W.. “Saudi Aramco World : History’s Hinge: ‘Ain Jalut”.)
Qutuz mengumpulkan pembesar-pembesar dan panglima-panglima perangnya lalu berkata kepada mereka:
“Wahai pimpinan muslimin! Kamu diberi
gaji dari Baitul Mal sedangkan kamu tidak suka berperang. Aku akan pergi
berperang. Sesiapa yang memilih untuk berjihad, temankan aku. Sesiapa
yang tidak mahu berjihad, baliklah ke rumahnya. Allah akan
memerhatikannya. Dosa kehormatan muslimin yang dizalimi dan diperkosa
akan ditanggung oleh orang yang tidak turut berjihad.”
Kata-kata beliau telah menyentak dan
menyadarkan kembali pembesar-pembesar Mesir ketika itu. Mereka bukan
berhadapan dengan dua pilihan yang diberikan oleh Hulagu, tetapi mereka
berhadapan dengan pilihan yang diberikan oleh Allah terhadap mereka.
Jihad pada ketika itu adalah fardhu dan mereka tidak ada pilihan selain
dari itu.
Setelah berunding dengan semua pembesar,
akhirnya mereka memutuskan untuk membunuh keempat-empat utusan
tersebut. Kepala mereka telah digantung di tengah kota Kairo di gerbang
Zuwaila.
Perbuatan ini yang bertujuan untuk
menegaskan keberanian tentera Islam untuk berhadapan dengan Tatar telah
mendapat kritikan sebahagian dari pengkaji sejarah. Mereka berpendapat
bahwa tidak terdapat sebab yang kuat untuk Qutuz membunuh kesemua utusan
tersebut karena Islam adalah agama yang tidak membenarkan utusan perang
dibunuh.Walau pun begitu ada juga yang mengandaikan kemungkinan berlaku
beberapa peristiwa yang membawa kepada pembunuhan tersebut tetapi tidak
diketahui dan tidak tercatat dalam sejarah. Misalnya karena para utusan
itu telah bertindak kurang ajar dengan menghina Sulthan, Wallahu a’lam.
Masalah Belanja Perang dan Fatwa al-Izz bin Abdis Salam
Selesai dari masalah surat Hulagu, Qutuz
berhadapan dengan satu masalah lain yaitu nagaimana mencari sumber
keuangan untuk mempersiapkan Mesir menghadapi peperangan. Diperlukan
dana yang besar untuk memperbaiki benteng, jambatan, membeli senjata dan
peralatan perang serta bekalan makanan yang mencukupi untuk tentera dan
rakyat jika Mesir dikepung oleh Tatar. Dalam keadaan Mesir yang dilanda
dengan krisis politk dan ekonomi ketika itu, Qutuz tidak mempunyai masa
yang banyak untuk menyelesaikan masalah itu setelah surat ancaman
Hulagu sampai kepadanya memberikan isyarat bahwa serangan Tatar akan
dating sewaktu- waktu, dan pasukan Tatar sudah berada di perbatasan
Mesir.
Qutuz memanggil para pembesar negara
lalu melakukan musyawarah. Pilihan yang ada pada mereka adalah untuk
mengutip duit dari semua potensi termasuk dari rakyat jelata. Ini perlu
dilakukan segera. Mereka tidak ada pilihan selain dari itu. Tetapi
pilihan ini memerlukan satu fatwa yang dikeluarkan oleh ulama’ Islam
karena umat tidak pernah mengenal adanya cukai atau pajak lain selain
dari zakat. Tanpa fatwa tersebut, Qutuz tidak akan melakukannya karena
jika ia menyelesaikan masalah dengan jalan yang tidak syar’ie hanya akan
menjebak Mesir ke dalam masalah lain yang mungkin lebih besar. Syariat
adalah dasar bagi segala-galanya.
Di antara yang dipanggil untuk turut serta di dalam musyawarah tersebut adalah seorang ulama’ bernama al-Izz bin Abdis Salam (lebih dikenali sebagai Izzuddin Abdis Salam). Beliau lahir pada tahun 577 H. Ketika musyawarah tersebut umurnya sudah mencapai 81 tahun. Ibnu Daqiq al-Ied menggelarinya sebagai ‘Sultan nya semua ulama’.
Gelar ini diberikan karena sifat beliau yang amat tegas di dalam
menasihati para pemerintah dan panglima perang ketika perang Salib
sedang seru serunya. Beliau bukan saja memberikan fatwa di dalam masalah
ibadah tetapi juga turut campur tangan di dalam memberikan fatwa di
dalam masalah politik dan peperangan.
Beliau pernah dipenjarakan di Damsyik
dan di Quds kerana kelantangan fatwanya terhadap pemimpin Islam yang
mengkhianati umat Islam dan melakukan persepakatan dan berkolaborasi
dengan tentera Salib. Setelah dibebaskan oleh Raja Soleh Najmuddin Ayub,
raja Mesir ketika itu, beliau berpindah ke Mesir dan menjadi Mufti
Mesir setelah sebelum ini menjadi Mufti di Palestina dan Syam.
Ketika Qutuz merencanakan agar dilakukan
pungutan dari rakyat jelata, Izzuddin Abdis Salam mengeluarkan satu
fatwa yang cukup tegas. Beliau berkata:
“Apabila negara Islam
diserang, wajib atas dunia Islam untuk memerangi musuh. Harus diambil
dari rakyat jelata harta mereka untuk membantu peperangan dengan syarat
tidak ada harta langsung di dalam Baitul Mal. Setiap kamu (pihak
pemerintah) pula hendaklah menjual semua yang kamu miliki dan tinggalkan
untuk diri kamu hanya kuda dan senjata. Kamu dan rakyat jelata adalah
sama dan setara di dalam masalah ini. Ada pun mengambil harta rakyat
sedangkan pimpinan tentera memiliki harta dan peralatan mewah, maka itu
tidak boleh terjadi.”
Fatwa yang cukup tegas ini disambut juga
dengan ketegasan oleh Qutuz. Beliau memerintahkan semua pembesar negara
dan pimpinan perang agar menyerahkan semua yang mereka miliki kepada
negara. Hasil yang menakjubkan; Mesir adalah negara yang kaya. Tetapi
ketika itu kekayaan tersebut telah disalahgunakan oleh sebahagian
pimpinan pada masa itu. Penyerahan harta dari pembesar negara telah
disambut oleh rakyat jelata. Mereka mulai menyumbangkan harta
masing-masing untuk memenuhi tuntutan dana perang. Semua turut serta di
dalam memberikan sumbangan. Fatwa Izzudin bin Abdis Salam benar-benar
dapat menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu singkat.
Kejutan Dari Qutuz; Memerangi Tatar Diluar Mesir, Bukan Bertahan di Mesir
Mesir sudah siap untuk menghadapi Tatar.
Segala sunnah dan asbab telah diambil oleh Qutuz. Qutuz berhasil
menaikkan semangat rakyat Mesir. Qutuz berhasil memadamkan perselisihan
di antara pembesar Islam. Qutuz berhasil mendamaikan antara Mamalik
Bahriah dan Mamalik Muizziah. Qutuz berhasil menyatukan antara Mesir dan
Syam, dua wilayah Islam yang kuat. Qutuz berhasil memperkecilkan Tatar
pada pandangan umat Islam. Qutuz berhasil membersihkan jiwa pembesar dan
rakyat. Qutuz berhasil membersihkan uang-uang haram dan melancarkan jihad dengan menggunakan uang yang halal…. Subhanalloh!
Dengan kekuatan tersebut Qutuz memilih
untuk melakukan tindakan yang cukup berisiko. Beliau telah mengumumkan
pandangannya di dalam musyawarah dengan pimpinan tentera untuk mereka
keluar menyerang Tatar di bumi Palestina dan mengubahnya dari rancangan
awal yaitu menunggu serangan Tatar di Mesir. Pandangan ini amat
mengejutkan pimpinan tentera, sehinggakan sebahagian dari mereka bangun
terkejut setelah mendengar pandangan tersebut. Berlakulah perbincangan
dan Qutuz menerangkan kepada mereka rahasia pilihannya itu.
Qutuz menegaskan beberapa noktah yang kemungkinan tidak disedari oleh sebahagian pimpinan tentera akibat terlalu lama berada dalam krisis politik.
a. Keselamatan Mesir bukan terletak di
Kairo tetapi sebaliknya bermula dari perbatasan Mesir di sebelah timur.
Dengan itu usaha untuk menyelamatkan sempadan Mesir – Palestin mesti
dilakukan dari peringkat awal dengan cara menyerang Tatar di Palestina
b. Berperang di luar Mesir memberikan
Mesir kelebihan; iaitu mereka masih lagi ada peluang kembali ke Mesir
untuk menyusun semula strategi. Tetapi jika mereka kalah di dalam bumi
Mesir, mereka tidak mempunyai peluang tersebut. Sebaliknya Tatar dengan
mudah dapat terus menerobos ke Kairo, ibu negara Mesir. Strategi inilah
yang dipakai Nabi ketika perang Uhud.
c. Tentera Islam mesti melakukan kejutan
ke atas musuh dengan cara mereka yang menentukan tempat dan masa untuk
berperang (menentukan inisiatif peperangan). Dengan itu mereka berada
dalam keadaan cukup bersedia untuk berperang dalam keadaan musuh tidak
bersedia sepenuhnya.
d. Mesir bertanggungjawab bukan saja ke
atas keselamatan Mesir tetapi juga ke atas keselamatan bumi-bumi Islam
yang lain. Jihad mempertahankan negara Islam yang dijajah adalah fardhu
ke atas negara jiran jika negara yang dijajah itu tidak mampu
mempertahankan dirinya.
e. Umat Islam mempunyai kewajiban untuk
menyerang dan mengalahkan negara Tatar lalu menawarkan kepada mereka
pajak Islam atau jizyah. Apatah lagi jika sekiranya tentera Tatar berada
di bumi Islam, kewajipan untuk membebaskan yang dijajah oleh Tatar
tersebut lebih wajib lagi disbanding menyerang negara Tatar ditanah
mereka sendiri.
Setelah perbincangan yang panjang,
akhirnya keputusan diambil bersama. Tentera Islam akan bergerak menuju
ke bumi Palestin dan menyerang Tatar di situ.
Perjanjian Damai Islam – Salib di Akka
Untuk sampai ke tempat yang sesuai
dijadikan medan perang di Palestina, tentera Islam terpaksa melalui
bandar Akka. Kota Akka pada ketika itu masih berada di bawah jajahan
tentara Salib sejak tahun 492 H. Mereka telah berada di Akka selama 166
tahun. Disana terdapat generasi tentera Salib tersebut.
Ketika itu tentara Salib berada dalam
keadaan yang cukup lemah di Akka. Kelemahan ini hasil dari keletihan
peperangan yang mereka terpaksa hadapi dari tentera Solahudin Al- Ayyubi
sebelum ini. Pembebasan Quds terjadi pada tahun 643 H. Peperangan
Mansurah terjadi pada tahun 648 H. Selepas peperangan tersebut, banyak
tentera Salib yang dijadikan tawanan termasuk King Louis IX, Raja Perancis.
Walau pun begitu, untuk membebaskan Akka
dari tentara Salib tidaklah semudah yang disangkakan. Benteng terkuat
tentera Salib adalah di Akka. Banyak percobaan termasuk percobaan oleh
Solahudin al-Ayyubi untuk membebaskan Akka ternyata menemui kegagalan
sebelum ini. Masa itu dimana tentara Tatar suda ada di Palestina, ada
kemungkinan bisa terjadi persepakatan di antara tentera Tatar dan
tentera Salib yang tentu hal ini akan menguatkan kembali Akka.
Langkah yang diambil oleh Qutuz adalah melakukan perjanjian damai sementara dengan pemerintah Salib di Akka. Perjanjian damai ini akan berakhir apabila peperangan menentang Tatar selesai. Langkah ini diambil oleh Qutuz di atas beberapa pertimbangan:
a. Memerangi tentara Salib dan tentara Tatar serentak akan menghilangkan tumpuan tentara Islam dan melemahkan mereka.
b. Tatar adalah masalah utama ketika itu
Qutuz menghantar utusannya untuk
menawarkan perjanjian damai. Beberapa syarat diberikan oleh Qutuz kepada
tentera Salib yang menunjukkan bahwa Islam sebenarnya berada di posisi
kuat ketika melakukan perjanjian dan bukan di posisi lemah. Ia tidak
boleh disamakan dengan perjanjian yang berlaku sekarang ini di antara
sebahagian pihak yang mewakili Palestina sekarang (Fatah) dengan Yahudi
penjajah.
Wakil Qutuz
menawarkan kepada penduduk Akka keamanan. Mereka juga menawarkan akan
menjual kuda-kuda tentera Tatar dengan harga yang murah kepada penduduk
Akka jika mereka berhasil menjatuhkan Tatar. Tawaran ini amat menarik
bagi penduduk Akka yang memang kekurangan kuda. Kuda-kuda Tatar terkenal
di zaman itu sebagai kuda yang kuat dan cepat.
Tetapi di masa yang sama, wakil
mengenakan syarat bahawa Akka perlu memberikan bantuan makanan dan
apa-apa yang diperlukan oleh tentera Islam sepanjang mereka berada di
Palestina. Wail juga memberikan pernyataan keras kepada tentara Salib di
Akka bahwa jika terjadi sebarang pengkhianatan di pihak tentera Salib,
tentera Islam akan meninggalkan peperangan melawan Tatar dan menumpukan
sepenuh tenaga mereka kepada tentera Salib sehingga Akka berhasil
dibebaskan.
Di pihak tentera Salib, mereka
sebenarnya tidak mempunyai pilihan yang lebih baik dari menerima tawaran
tersebut. Menolak tawaran perjanjian damai akan menaikkan kemarahan
tentera Islam dan kemungkinan akan membawa kepada kejatuhan Akka. Dengan
itu Akka dengan segera menerima perjanjian damai sementara itu.
Kini, jalan bagi dan tentera Islam ke Palestin untuk berhadapan dengan Tatar kini terbuka.
Pembersihan dan Penyaringan Pasukan Muslimin
Kini peperangan benar-benar berada di
ambang mata. Ia benar-benar akan berlaku. Kejutan berlaku kepada
sebahagian tentera yang pada awalnya menyangka bahawa usaha tersebut
hanyalah kampanye untuk menaikkan semangat belaka, bukan sungguh akan
perang. Ketakutan menyelubungi mereka karena Tatar adalah kekuatan gila yang tidak pernah dikalahkan.
Tentera Salib tidak segila itu. Bahkan pada zaman itu tersebar dari
mulut ke mulut satu mitos yang diterima oleh semua orang pada masa itu,
yakni: ‘jika kamu mendengar Tatar dikalahkan, jangan percaya’.
Sebagian kaum muslimin pun mulai ada
yang lari meninggalkan tentera Islam sebagaimana kisah persiapan Nabi
dalam menghadapi kekuatan Super Power Romawi pada perang Tabuk..
Sebahagiannya lari ke bumi Hijaz. Ada yang lari ke Yaman. Ada juga yang
lari jauh sehingga ke Morocco. Hasilnya justru menguntungkan karena kini
tentera Islam benar-benar bersih dari jiwa-jiwa yang kotor dan
pengecut. Yang turut berperang adalah mereka yang benar-benar jelas
leyakinannya, kuat dan berani menanggung segala risiko. Mereka bersedia
dan siap untuk syahid di jalan Allah.
Barisan muslimin kini berada di puncak persiapan. Segala-galanya telah disiapkan oleh Qutuz,
Raja yang menyerahkan kehidupannya untuk agama Allah. Usaha yang
bermula dari Zulkaedah 657 H sehingga ke Sya’ban 658 H itu (tidak sampai
10 bulan) telah benar-benar membuahkan hasilnya.
Kini tentera Islam sudah benar-benar siap sedia untuk bertempur menghadapi Tatar.
Sya’ban 658 H:
Pasukan Bergerak ke Palestina Untuk Menumbangkan Tatar
Pergerakan tentara Islam bermula pada
bulan Sya’ban 658 H. Ia bertepatan dengan bulan Juli 1260 M. Bulan Juli
adalah musim panas. Melewatii padang pasir di dalam musim panas
bukanlah suatu yang mudah. Ditambah pula mereka akan menghampiri bulan Ramadhan. Tetapi Qutuz
tidak menangguhkan langsung operasi tersebut dia ingin mengambil
inisiatip dalam perang dan cukup untuk memahami medan, karena barang
siapa yang lebih memahami medan, maka ia memiliki keunggulan dimedan
itu.
Tentara Islam dilatih di Kairo, Asyut, Iskandariah dan Dimyath. Daripada Camp- camp latihan tersebut mereka berkumpul di Solehiah yang terletak di Syarqiah, Mesir sekarang ini. Dari situ mereka bergerak ke sebelah timur dan kemudian naik ke utara menuju ke Arisyh. Itulah kota pertama mereka berteduh setelah melintasi padang pasir dari Solehiah. Dari Arisyh mereka menuju ke Gaza yang kala itu berada di bawah penguasaan Tatar.
Qutuz telah
membagi tenteranya kepada dua Kelompok/ Divisi/ Batalyon. Kelompok
pertama agak kecil jika dibandingkan dengan kelompok kedua. Kelompok
pertama ini diketuai oleh panglima Islam yang hebat, Ruknuddin Baibras.
Kelompok ini berjalan terpisah agak jauh dari kelompok kedua. Kelompok
batalyon pertama ini sengaja berjalan menampakkan dirinya manakala
batalyon kedua berjalan dengan perlahan dan menyembunyikan diri dengan
kamuflase agar tidak diketahui keberadaannya.. Ini adalah antara taktik
perang yang dilakukan oleh Qutuz untuk mengelabui mata musuh agar musuh silap di dalam menghitung kekuatan tentera Islam.
Kemenangan di Gaza
Pada 26 Julai 1260 M, Baibras sudah berjaya melewati perbatasan Mesir – Palestina. Dia berhasil melewatii Rafah, Khan Yunus dan Dir Balah. Kini dia berada sangat dekat dengan kota Gaza.
Para spion Tatar rupanya berhasil
mengendus kedatangan tentera Baibras. Namun ada yang salah, mereka
menyangka bahawa pasukan itu adalah keseluruhan tentera Islam tanpa
mengetahui tentang adanya pasukan kedua tentara Islam yang berada jauh
dari Gaza. Berita tersebut sampai kepada tentara Tatar. Ketika itu tentera utama Tatar di bawah pimpinan Katabgha
masih lagi jauh dari Gaza. Mereka berada di bumi Lebanon, masih 300
kilometer dari Gaza. Dengan itu mereka mengirimkan satu pasukan yang
tidak begitu besar untuk menghadapi tentera Islam.
Kemudian terjadilah pertempuran dikedua
belah pihak. Pertama kali setelah puluhan tahun, tentera Islam dalam
kesempatan ini memperoleh kemenangan di dalam pertempuran melawan Tatar.
Dalam peperangan tersebut sebahagian besar tentera Tatar terbunuh.
Tentera yang selamat melarikan diri menyampaikan berita tersebut kepada Katabgha.
Marah bercampur terkejut. Itulah reaksi Katabgha
dan tentera Tatar ketika mendengar berita kekalahan mereka. Sebelum ini
mereka sudah terbiasa membunuh orang Islam tanpa mendapat tentangan
sengit. Mereka juga sudah terbiasa dengan beberapa Raja Islam yang
menghinakan diri memohon perdamaian dari mereka. Di luar persangkaan
mereka, masih ada lagi tentara Islam yang berani melawan mereka dan
mampu mengalahkan mereka. Ini adalah pengalaman baru bagi Tatar.
Bagi tentara Islam, kemenangan itu
menaikkan semangat mereka untuk terus berjihad. Mereka tidak lagi
menundukkan . Sebaliknya mereka kini berani menengadahkan kepala untu
terus maju kedepan dan telah tiba saatnya untuk menghancurkan Tatar.
Peperangan: Ain Jalut (The Spring Of Goliath), titik balik kemenangan kaum muslimin.
Satu peristiwa penting yang terjadi di dalam bulan Ramadhan
adalah peristiwa peperangan Ain Jalut. Peristiwa ini terjadi pada 25
Ramadhan tahun 658 H di Ain Jalut dan Bisan, Palestina. Medan
pertempuran tersebut terletak tidak jauh dari Kota Yerussalem: al-Quds.
Ia adalah satu peperangan yang berhasil
menebus kembali martabat umat Islam setelah dikalahkan oleh tentera
Tatar di dalam peristiwa beberapa kali seri serangan pasukan Tatar ke
atas daerah- daerah kekuasaan Islam. Panglima yang berjaya mengembalikan
kemuliaan umat ini adalah Saifudin Qutuz,
salah seorang panglima Islam yang hebat. Kehebatan Qutuz dan seberapa
pentingnya peperangan Ain Jalut hanya akan dapat dirasakan jika kita
dapat menyelami penderitaan umat hasil dari serangan pasukan Tatar ke
atas umat Islam.
Ketika itu dibawah Qutuz Tentara Islam terus bergerak dari Gaza melepasi Asqalan dan Yafa.
Dari situ mereka singgah sebentar di Akka dan berjumpa dengan pimpinan
tentera Salib di Akka untuk memastikan perjanjian masih lagi dipatuhi
oleh mereka.
Seterusnya Qutuz dan tentera Islam bergerak meninggalkan Akka menuju ke Ain Jalut.
Di manakah Ain Jalut?
Ain Jalut terletak tidak jauh dari perkemahan Janin sekarang ini. Ia terletak di antara Kota Bisan dan Nablus. Ia terletak 65 kilometer dari Hittin, medan peperangan Hittin yang terjadi dahulu pada tahun 583 H dizaman Sahabat Nabi. Ia terletak 6o kilometer dari Yarmuk,
medan peperangan Yarmuk yang terjadi enam abad sebelumnya. Kedudukannya
banyak mengembalikan memori tentera Islam kepada kemenangan tentera
Islam sebelum itu dibawah pimpina Panglima Perang Kholid bin Walid.
Ia dipilih karena ia adalah kawasan
tanah lapang yang luas dan dikelilingi oleh bukit kecuali di bahagian
utaranya. Bukit-bukit tersebut dipenuhi pokok-pokok kayu besar yang
memudahkan tentera Islam untuk bersembunyi. Satu pasukan kecil di bawah
pimpinan Baibras diletakkan di bahagian utara sementara tentera yang lain bersembunyi di balik pokok pepohonan.
Kini semua pasukan kaum muslimin telah berada dalam keadaan siap sedia menanti kedatangan Katabgha dan tentera Tatar.
Suasana Sehari Sebelum Perang: 24 Ramadhan 658 H
Ketika Qutuz dan tentera Islam sudah pun berada di bumi Ain Jalut, datang sejumlah sukarelawan dari Palestina. Sebelum ini mereka menyembunyikan diri dari medan peperangan. Kesungguhan Qutuz
dan qudwah/ keteladanan yang ditunjukkan oleh beliau telah
menghilangkan ketakutan mereka. Itulah pentingnya adanya seorang
pemimpin teladan dalam setiap keadaan.
Sebelumnya, medan Ain Jalut juga mulai
dipenuhi dengan petani-petani, kanak-kanak dan wanita. Sebahagiannya ada
yang telah tua dan uzur. Kesemuanya kemudian keluar untuk memberikan
bantuan dalam bentuk yang mereka mampu. Qutuz
benar-benar berhasil menarik simpati rakyat dan sanggup menggerakkan
umat Islam kembali ke medan jihad yang sudah lama ditinggalkan ketika
pintu- pintu kemakmuran telah dibukakan Allah.
Di hari yang sama, datang seorang utusan kepada tentera Islam dan memohon untuk bertemu dengan Qutuz. Dia memperkenalkan dirinya sebagai wakil Sorimuddin Aibak,
seorang muslim yang dijadikan tawanan Tatar dan dipaksa berkhidmat
untuk tentera Tatar. Wakil tersebut berkata bahawa dia membawa beberapa
pesan rahasia dari Sorimuddin Aibak untuk disampaikan kepada Qutuz.
Pesan rahasia tersebut berisi beberapa maklumat penting untuk tentera Islam:
a. Tentera Tatar tidak lagi sekuat
sebelum ini. Hulagu telah membawa sebahagian tentera dan panglima
perangnya ke Tibriz, Iran. Kekuatan mereka tidak lagi sekuat ketika
mereka menaklukkan Syam.
b. Bahagian kanan tentara Tatar lebih
kuat dari bahagian kiri mereka dan terdiri dari pasukan elit Tartar yang
memiliki keahlian khusus dalam berperang. Dengan itu tentera Islam
hendaklah menguatkan bahagian kiri mereka untuk menghadapi bahagian
kanan tersebut.
c. Asyraf al-Ayubi, Raja Hims
yang sekarang ini bersama tentera Tatar ingin kembali ke pangkuan
tentera Islam. Mereka akan melakukan tipu helah agar tentera Tatar yang
bersama mereka dapat dikalahkan.
Maklumat ini diterima oleh Qutuz dengan penuh hati-hati, bimbang jika sekiranya ia adalah merupakan sebahagian dari taktik dan tipu daya Tatar.
Semua ini berlaku pada siang 24 Ramadhan 658 H di Ain Jalut.
Pada malamnya Qutuz
dan tentera Islam melakukan tahajud dan memohon dari Allah kemenangan
tentara Islam dalam pertempuran esok hari. Malam itu adalah malam 25 Ramadhan658 H dan
kemungkinan ia adalah malam Lailatul Qadar. Mereka menghabiskan malam
mereka dengan tahajud dan doa serta menyerahkan diri kepada Allah.
Moga-moga Allah menerima mereka sebagai hambaNya dan memberikan
kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari.
Moga-moga esok adalah hari di mana mereka boleh menebus semula kematian jutaan umat Islam di tangan Tatar.
25 Ramadhan 658 H Bertepatan dengan 3 – September- 1260
Fajar menyingsing tiba. Hari yang
dinantikan oleh tentera Islam dan muslimin yang bersama dengan mereka
sudah menjelma. Hari itu adalah hari Jum’at 25 Ramadhan 658 H.
Tentera Tatar di bawah pimpinan Katabgha (Nestorian Christian Naiman Turk Kitbuqa Noyan. ) tiba dari arah utara. Tentera Islam bersembunyi di sebalik pokok-pokok pohon. Pasukan kecil di bawah Baibras
yang pada asalnya berjaga di sebelah utara dan sengaja menampakkan diri
juga menyembunyikan diri mereka ketika tentara Tatar tiba untuk
melakukan serangan dadakan.
Qutuz memberikan arahan agar tentera Islam keluar menampakrkan diri secara susul menyusul, satu regu demi satu regu.
Ketika regu/ kesatuan pertama turun dari bukit dan menghampiri tentera Tatar, Katabgha
dan tentara Tatar menjerit ketakutan. Pasukan ini turun dengan memakai
pakaian berbelang putih dan merah. Keseluruhan peralatan senjata mereka
dihias cantik. Mereka turun dalam keadaan tersusun. Pergerakan mereka
sama dan seimbang serta kompak hasil dari latihan yang memadai.
Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah Regu Sanqar ar-Rumi.”
Kemudian turun pula regu kedua. Regu ini
memakai pakaian berwarna kuning dan membawa senjata yang berhias indah.
Mereka juga turun dalam keadaan tersusun, pergerakan yang sama dan
seimbang.
Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah Regu Balban ar-Rasyidi.”
Kemudian turun pula regu- regu dan
kesatuan berikutnya dengan memakai pakaian berwarna lain. Setiap kali
satu regu baru turun, Katabagha akan bertanya kepada Sorimuddin:
“Pasukan apakah ini?” Sorimuddin yang tidak mengetahui keseluruhan
nama-nama kesatuan regu Mamalik mulai mereka-reka nama tertentu untuk
menambahkan ketakutan Katabgha.
Tentera Mamalik terpecah kepada banyak
kesatuan. Setiap kesatuan memakai warna tertentu yang membedakannya
dengan kesatuan lain. Kuda mereka juga dihias dengan warna yang sama.
Begitu juga dengan senjata mereka , kemah dan bahkan rumah-rumah dinas
mereka di Mesir. Semuanya dibedakan warnanya dengan warna kesatuan
masing-masing.
Semua kesatuan ini adalah sebahagian tentera Islam yang dipimpin oleh Baibras. Belum termasuk tentara yang masih menyembunyikan diri bersama Qutuz.
Genderang perang dan tambur mulai
ditabuh oleh pasukan genderang tentera Islam. Sudah menjadi kebiasaan
tentera Mamalik, mereka akan meletakkan satu pasukan genderang di medan
perang. Mereka memainkan rentak yang akan memberikan isyarat tertentu
kepada tentera Mamalik.Isyarat tersebut hanya mampu difahami oleh
tentera Mamalik. Setiap pergerakan tentara akan ditentukan oleh gendering komando tersebut.
Pasukan Baibras sudah berada hampir dengan tentera Katabgha. Peperangan sudah semakin dekat.
Keadaan Medan Perang Pada Serangan Pertama.
Pertempuran pun segera dimulai. Katabgha
yang menyangka bahawa pasukan Baibras yang kecil itu adalah keseluruhan
tentera Islam telah mengarahkan keseluruhan tenteranya untuk masuk ke
medan pertempuran. Mereka menyerbu masuk dengan jerit pekik yang kuat.
Baibras dan
tenteranya berdiri tenang di tempat masing-masing menantikan kedatangan
tentara Tatar yang berjumlah berlipat ganda dari bilangan pasukan
mereka. Apabila tentera Tatar sudah hampir kepada mereka, Baibras memberikan isyarat kepada tenteranya untuk menyerbu ke depan.
Pedang bertemu pedang, genderang dipalu
bertambah kuat berselang seling memberikan komando dan arahan dengan
takbir dari petani-petani yang berada di atas bukit. Darah mulai
mengalir. Satu demi satu nyawa melayang. Walau pun begitu, Baibras
dengan bilangan tentera yang sedikit mampu bertahan sehingga ke saat
itu. Ketakutan mula meresap masuk ke dalam diri tentera Tatar. Belum
pernah mereka menghadapi kekuatan sedemikian.
Pemilihan Qutuz kepada Baibars memangnya
tepat. Panglima-panglima perang yang dipilih untuk bertempur di
peringkat awal dengan Tatar dan menghabiskan tenaga Tatar adalah
panglima perang Mamalik terbaik. Mereka adalah panglima yang pernah
terlibat di dalam mengukir kemenangan di dalam peperangan Mansurah menentang tentera Salib pimpinan Louis IX. Mereka memiliki kemahiran perang yang tinggi dalam olah tempur.
- Tercatat dalam sejarah, bahwa pada saat itulah kaum muslimin memperkenalkan senjata baru yang kemudian disebut senapan.Sebelumnya dunia peperangan baru mengenal meriam besar yang digunakan untuk menghancurkan dinding benteng dan melibas pasukan musuh. Senapan atau meriam kecil yang dapat dibawa oleh seorang tentara dan diisi dengan Kalium nitrat Sulphur dan Carbon atau mesiu itu baru ditemukan oleh ahli- ahli senjata Qutuz.dan membuat kuda- kuda Tartar kocar- kacir dan hilang kendali.
- (Lihat: Ahmad Yusuf Hasan: Takwin al- bariid as showarikh wal madfaiyyah fi dirosatil juyusy al- arobiyyah ma bainal qornain 13 ~ 14
- · ^ Ahmad Y Hassan, Gunpowder Composition for Rockets and Cannon in Arabic Military Treatises In Thirteenth and Fourteenth Centuries, History of Science and Technology
- ^ Ahmad Y Hassan, Technology Transfer in the Chemical Industries, History of Science and Technology in Islam)
Qutuz dan
Pasukan utamanya masih lagi menanti di sebalik tempat persembunyian
mereka menyaksikan peperangan tersebut dan menunggu waktu yang tepat
untuk masuk ke serangan kedua.
Serangan Kedua: Mengepung Tentara Tatar
Setelah beberapa saat berjalan, masanya sudah tiba untuk Qutuz memberikan komando dan arahan baru. Arahan seterusnya adalah agar Baibras
dan tenteranya berundur secara teratur dan berpura-pura lemah. Taktik
ini adalah taktik yang sama digunakan oleh tentera Islam di dalam
peperangan Nahawand ketika tentera Islam di zaman Saidina Omar r.a.
mengalahkan tentara Parsi. Taktik ini digunakan untuk menarik tenaera
Tatar yang sudah keletihan masuk ke tengah-tengah medan peperangan dan
mengepung mereka di situ. Sebagaimana yang kita ketahui medan Ain Jalut berbukit di seluruh kawasannya kecuali di bahagian utara. Kepungan itu agak mudah untuk dilakukan jika sekiranya Baibras berhasil menarik tentera Tatar ke tengah medan.
Ia bukanlah taktik yang mudah. Ia
memerlukan satu perkiraan yang tepat. Terlalu cepat akan menyebabkan
musuh menyadari taktik tersebut. Terlalu lambat akan menyebabkan
kematian tentera Islam saat menarik mundur.
Qutuz memberikan komando kepada pasukan genderang untuk memberikan perintah baru ini. Baibras
memahami rentak genderang tersebut. Tanpa menunggu waktu dia dan
tentaranya mulai mundur ke belakang sedikit demi sedikit dengan penuh
hati-hati. Mereka berpura-pura menampakkan keletihan dan kelemahan
mereka.
Katabgha yang
berkali- kali memenangkan perang itu kali ini tertipu. Dia mengarahkan
seluruh tenteranya untuk masuk ke dalam medan perang tanpa menyadari
taktik tersebut. Ini adalah satu yang cukup mengherankan berlaku kepada
beliau. Katabgha adalah panglima perang Tatar yang mahir. Menjadi panglima perang sejak zaman Genghis Khan. Ketika peperangan Ain Jalut,
beliau berusia lebih 60 tahun atau mungkin lebih 70 tahun. Satu usia
yang memberikan pengalaman yang tidak sedikit berkenaan taktik-taktik
perang di zaman itu. Tetapi Allah rupanya mengatur segala-galanya.
Taktik ini berhasil. Tentara Tatar telah berada dalam kepungan. Pada ketika Pasukan Utama tentera Islam muncul, Katabgha baru menyadari
kesilapannya. Di sini tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali terus
berperang mati-matian. Mereka sudah melihat bahwa kematian semakin
menghampiri mereka.
Serangan Ketiga: Kekuatan Bahagian Kanan Tatar
Katabgha
memberikan komando agar semua tentaranya berjuang mati-matian. Mereka
seolah-olah mengamuk dan menggasak tentara Islam. Di sini terbukti kebenaran apa yang dikatakan oleh wakil Sorimuddin Aibak
berkenaan kekuatan bahagian kanan tentera Tatar. Bahagian kiri tentera
Islam telah dilabrak dengan dahsyat oleh mereka. Berguguranlah tentera
Islam seorang demi seorang sebagai syahid. Allohu Akbar!
Qutuz yang
melihat dari atas bukit merasakan kesukaran yang dihadapi oleh tentera
Islam. Langkah yang diambil oleh beliau amat menakjubkan. Beliau
mencampakkan topi besinya lalu memekikkan kalimat: ‘wa Islaaamah’.
Raungan dahsyat ini diucapkan oleh beliau sambil beliau turun ke medan
perang dengan menunggang kudanya. Langkah ini diambil oleh Qutuz
untuk menaikkan semangat tentera Islam. Dan ini adalah tindakan yang
penuh resiko tapi penuh perhitungan. Karena jika ia terbunuh dengan
tindakan ini, kaum muslimin pasti kehilangan komando dan akan sangat
mudah dikalahkan oleh kepintaran Katabgha.
Tentara Tatar terperanjat dengan kehadiran Qutuz di tengah-tengah medan perang. Qutuz
memerangi mereka dengan penuh semangat seolah-olah beliau tidak
langsung sayangkan nyawanya. Beberapa libasan pedang dan tombak hampir
mengenai beliau. Kudanya berhasil ditikam mati oleh tentera Tatar
sehingga menyebabkan beliau terjatuh. Walau demikianbeliau meneruskan
jihadnya dengan berjalan kaki sehinggalah beliau berhasil mendapatkan
kuda bantuan.
Seorang pembesar istana menjerit dan mencelanya karena lambat menaiki kuda. Beliau khawatir Qutuz terbunuh lalu dengan itu akan kalahlah tentera Islam. Tetapi Qutuz menjawab: “Ada pun diriku, sesungguhnya ia sedang menuju surga. Ada pun Islam, ia mempunyai Tuhan yang tidak akan membiarkannya.”
Tentara Islam bertambah semangat dengan turunnya Qutuz ke medan perang.
Kematian Katabgha
Dalam peperangan yang berkecamuk itu akhirnya Katbgha terbunuh. Ia dibunuh oleh Jamaludin Aqusy as-Syams. Beliau adalah salah seorang panglima perang Mamalik. Pernah berada di bawah Raja Nasir al-Ayyubi. Kemudian beliau meninggalkannya setelah melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh Raja Nasir al-Ayyubi.
Beliau menyerbu tentara Tatar sehingga berhasil masuk ke tengah-tengah tentara tersebut. Di situ beliau melihat Katabgha. Jamaluddin tidak menunggu lama. Beliau mengumpulkan seluruh tenaganya dan menebaskan pedangnya ke arah leher Katabgha. Kepala Katabgha berpisah dari badan dan tercampak ke tengah medan perang di hadapan tentera Tatar.
Ketakutan makin meningkat melihat kematian Katabgha di hadapan mata mereka. Tentera Tatar mulai melarikan diri melalui bahagian utara Ain Jalut. Tentera Islam pun terus mengejar mereka dan tak membiarkannya lolos.
Pertempuran Akhir di Bisan dan Berakhirnya Kekuatan Tatar
Tentara Tatar berhasil memecahkan
kepungan tentera Islam di Ain Jalut. Mereka melarikan diri sejauh 20
kilometer dan berhenti di Bisan. Tentera Islam terus mengejar mereka.
Disana terjadi pertempuran yang lebih sengit. Kali ini tentera Tatar benar-benar menggila untuk memastikan mereka terus hidup. Qutuz berada di tengah-tengah medan peperangan memberikan semangat kepada tentera Islam. Beliau memekikkan: “Wa Islaamah. Wa Islaamah. Wa Islaamah. Ya Allah bantulah hambamu, Qutuz untuk menghancurkan Tatar.”
Akhirnya kemenangan berpihak kepada
tentara Islam. Mereka berhasil menamatkan mitos bahwa Tatar tidak akan
dapat dikalahkan kapanpun.
Medan peperangan kembali sunyi. Tidak
ada lagi bunyi genderang. Tidak ada lagi jeritan Tatar. Tidak ada lagi
takbir para petani. Tidak ada lagi bunyi libasan pedang. Mayat-mayat
tentera Tatar mati bergelimpangan dalam bentuk yang mengerikan. Qutuz berjalan di tengah medan perang yang sudah sunyi melihat hasil peperangan selama sehari di bulan Ramadhan yang suci itu.
Kesudahan Yang Baik Buat Raja Yang Hebat
Qutuz sujud ke
bumi mensyukuri kemenangan tersebut. Beliau dan tenteranya berhasil
membunuh kesemua tentara Tatar. Ya! Kesemuanya. Tidak ada seorang pun
dari tentera Tatar yang berhasil meloloskan diri mereka hidup-hidup.
Semuanya mati dibunuh oleh tentera Islam di dalam peperangan yang cukup
hebat ini.
Kehormatan umat Islam kini telah
kembali. Kematian jutaan umat Islam di Baghdad dan disemua tempat
lainnya telah berhasil dibalas oleh Qutuz.
Memang beliau adalah seorang pemimpin hebat yang sukses mencipta satu
sejarah untuk dibanggakan bagi umat Islam sepanjang zaman. 10
bulan sudah cukup bagi Qutuz untuk menjatuhkantentara Mongol Tatar
yang bermaharajalela di bumi Islam selama lebih dari 40 tahun.
Semua itu berlaku pada hari penentuan, 25 Ramadhan.Memang banyak kemenangan umat Islam terjadi pada bulan Romadhon, bahkan perang Badar pun terjadi di bulan Romadhon.
Akibat Kekalahan Tartar
Pada tanggal 27- Romadhon 658 Qutuz
bergerak menuju Damaskus yang sudah ditinggal kabur selama- lamanya oleh
pasukan Tartar. Rupanya kemenangan Qutuz amat sangat menggemparkan dan
menggentarkan mereka. Negeri Syam pun kini kembali ketangan kaum
muslimin, dan Syams kini bersatu bersama Mesir dibawah panji- panji
Mamalik dan sanggup bertahan 270 tahun kemudian sebelum akhirnya muncul
kekuatan baru yakni kekhalifahan Turki Utsmaniyyah.
Semoga pahlawan seperti Qutuz akan terus ada penggantinya disetiap masa. Aamin.
Kesimpulan
- 1. Islam akan hancur jika ummatnya penyakit WAHN, yakni berlebihan cinta dunia, dan takut mati.
- 2. Pemimpin dan Ulama Islam yang suka memecah belah umat adalah bencana terbesar ummat ini sebagaimana sabda Nabi: “Ada yang lebih aku takutkan dibanding kemunculan Dajjal. Mereka adalah para Ulama yang bejat moral . Al- Hadist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar